Jika ada pihak mengatasnamakan PRMN yang memeras, menipu, dan melanggar kode etik, sampaikan pengaduan pada kami.

Surat Sakti dari Presiden Membuat Orang Cilegon Selamat dari Todongan AK47

- 29 Oktober 2019, 12:21 WIB
TIM Pengembara Lintas Benua saat terjebak jalan rusak di Myanmar.*/ISTIMEWA
TIM Pengembara Lintas Benua saat terjebak jalan rusak di Myanmar.*/ISTIMEWA

CILEGON, (PR).- Berkendara menggunakan mobil Mercedes Benz klasik melintas 3 benua, 49 negara, 1.070 kota, dengan jarak tempuh 86.812 kilometer, bukanlah sembarang perjalanan. Banyak kisah mendalam yang dialami Tim Mengembara Lintas Benua, baik ketegangan saat melintasi negara konflik hingga kebanggaan disambut seorang presiden di negara sahabat.  

Iip Aminullah, Ketua Tim Mengembara Lintas Benua menjelaskan, tim tersebut beranggotakan Adi Purwanto sebagai road manager, Darwin di bagian dokumentasi, Elfa sang istri Darwin bertugas mencatat perjalanan, serta Safril sebagai yang ditemani Restu selaku asisten mekanik. Ia bercerita dari 49 negara yang dilewati hanya dua negara yang masuk kategori daerah konflik. “Itu di Pakistan dan Myanmar,” katanya, Senin 28 Oktober 2019.

Menurut Iip, saat melintas di Pakistan pada April 2019, rombongan disambut serangan bom yang menewaskan 16 orang warga setempat. Mereka melintas dengan pemandangan kepulan asap hitam dan puing-puing bangunan yang berserakan. “Itu hanya beda jam, ada 16 orang tewas di pasar yang terkena serangan bom. Kami guyon, bom kan sudah meledak, jadi sudah aman kalau lewat,” ujarnya.

Lebih menegangkan, lanjut Iip, ketika mereka melintasi Myanmar pada April 2018. Bagaimana tidak, kurang lebih 30 prajurit militer bersenjata AK47 mengepung dua mobil yang dikendarai tim pengembara di tengah malam buta.

“Ceritanya kami hendak melintasi perbatasan Myanmar di tengah malam. Sebelum sampai perbatasan, kami ingin istirahat dulu di pinggir jalan. Tiba-tiba saja, jendela mobil diketok prajurit pakai AK47. Saat saya keluar ternyata satu kompi tentara Myanmar sudah mengepung kami,” tuturnya.

Menginap

Rupanya, saat itu ada aturan di Myanmar untuk tidak melintasi perbatasan lebih dari jam 18.00. Saat itu, Iip mencoba berpikir tenang untuk menghadapi pasukan perbatasan Myanmar. 

“Awalnya kami diminta untuk balik arah, namun setelah memperlihatkan surat sakti dari Presiden Myanmar, kami diminta menginap semalam agar keesokan hari melintasi perbatasan,” ucapnya.

Sementara itu, hal membanggakan terjadi di Bosnia and Herzegovina. Rombongan yang saat itu menyempatkan diri beribadah di Masjid Istiqlal Bosnia, bertemu Presiden Bosnia and Herzegovina Alija Izebegofic. “Presiden Bosnia melihat mobil kami, bagian kaca depan mobil kan ada tulisan Indonesia. Presiden langsung datangi kami, dia bilang Indonesia adalah sahabat Bosnia, Jadi Bosnia adalah negaranya kami juga. Bangga dong dibilang begitu,” katanya.

Lain hal, rombongan pun sempat membuat jalur lalu lintas bawah laut Norwegia mengalami kemacetan hingga berkilo-kilo meter. Ini ketika rombongan mengalami kecelakaan tunggal di tengah-tengah kanal bawah laut. “Itu kanal panjangnya 6,7 kilometer, berada di 212 meter di bawah laut. Saat di dalam kanal, mobil yang saya bawa bearingnya hancur. Ban lepas, hantam dinding kanal, lalu balik hantam jip di belakang saya. Untung ban kena spakboard, bukan kaca depan,” ujarnya.

Halaman:

Editor: anef


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

Pikiran Rakyat Media Network

x