SEOUL (PR).- Upaya dunia internasional untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea kembali terganggu setelah petugas keamanan Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan melintasi daerah perbatasan dengan Korea Utara pada hari Kamis waktu setempat.
Korsel memberikan tembakan peringatan saat seorang tentara dari Utara membelot dalam kondisi cuaca burutm yang diwarnai kabut tebal, yang mempersulit upaya untuk meredakan ketegangan program nuklir dan rudal Pyongyang.
Seorang pejabat kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan sampai 20 tembakan peringatan dikeluarkan saat tentara Korea Utara mendekati terlalu dekat "garis demarkasi militer" di zona demiliterisasi (DMZ). Tentara Korut tersebut tampaknya mencari tentara yang hilang tersebut.
Pembelotan terbaru pada Kamis tersebut terjadi sekira lima minggu setelah seorang tentara Korea Utara menderita luka tembak parah saat pembongkaran melintasi perbatasan.
Sebelumnya, kata beberapa pejabat Korea Selatann, seperti dilaporkan Yahoo News, dua warga sipil Korea Utara juga ditemukan di sebuah kapal nelayan pada hari Rabu lalu dan telah berusaha untuk membelot.
Jumlah warga Korut yang membelot ini menambah jumah total warga Korea Utara yang telah membelot dengan menempuh rute berbahaya baik langsung melintasi perbatasan atau lau.Saat ini jumlah total warga yang membelot menjadi 15 tahun ini, termasuk di antaranya dua tentara. Angka itu, kata pejabat Korsel, tiga kali lipat tahun lalu.
Ketegangan di semenanjung Korea sudah tinggi setelah ditutup, Korea Utara yang malang mempercepat pengujian program rudal dan nuklirnya tahun ini yang bertentangan dengan tekanan internasional dan sanksi PBB.
Maraknya pembelotan juga dikahwatirkan akan menyulitkan upaya Korea Selatan untuk memastikan kelancaran Olimpiade Musim Dingin 2018, yang dimulai di Pyeongchang pada bulan Februari 2018.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa dia telah mengusulkan untuk menunda latihan militer besar dengan Amerika Serikat sampai setelah pertandingan dalam upaya untuk menenangkan hubungan, meskipun pejabat di Seoul kemudian mengatakan bahwa penundaan yang diusulkan akan bergantung pada Korea Utara yang tidak terlibat dalam "provokasi".***