Rasi, Macan Tutul Betina Dilepasliarkan

- 6 Maret 2022, 21:48 WIB

SELAMA beberapa minggu, macan tutul betina bernama Rasi harus rela menginap di kandang habituasi yang terbuat dari kerangka baja yang disusun dan disesuaikan untuk keamanan sekaligus keselamatan hewan bersangkutan di Blok Bintangot, SPTN Wilayah I Kuningan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Tujuan awal keberadaan macan tutul betina yang berusia tiga tahun di kandang habituasi yang luas permukaan totalnya mencapai 66 m2 dan tinggi sekitar 4-6 meter dari permukaan tanah dengan volume 204 m3 tersebut, untuk memancing sang macan tutul jantan bernama Slamet Ramadhan agar keluar dari persembunyiannya.
Karena, kandang kerangka baja tersebut pun dilengkapi tujuh pintu jebakan, pintu keluar dan pintu pemberian pakan. Tapi kenyataannya, sang macan tutul jantan tidak terpancing oleh hewan species key dari sekitar hutan Kampung Bunisari, Desa Cikondang, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut.
Sementara itu, pada minggu kedua pelaksanaan habituasi, macan tutul betina yang dikirim oleh PPS Cikananga untuk disandingkan dengan macan tutul Slamet Ramadhan, menunjukan perilaku aktif dan pola aktivitas yang sudah mulai terbentuk. Hal itu menunjukan bahwa Rasi mulai nyaman dengan calon tempat barunya.
Untuk itu, karena kondisi perkembangannya yang baik diharuskan melepas GPS Collar yang dipasang sejak tahun 2019 lalu, sehingga akhirnya, Sabtu (5/3/2022), Balai TNGC bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat (BBKSDA) Jawa Barat) dan PPS Cikananga melepasliarkan macan tutul betina tersebut.
“Macan tutul betina yang sejak tanggal 31 Januari 2022 berada di kandang habituasi yang terbuat dari kerangka baja bertujuan untuk memancing macan tutul jantan Slamet Ramadhan tapi tidak terpancing. Sedangkan perilaku dan aktivitasnya, yang sudah mulai terbentuk sehingga dilepasliarkan di kawasan TNGC,” ujar staf PPS Cikananga, Cahyono.
Kepala Balai TNGC, Teguh Setiawan mengatakan, dalam upaya meningkatkan populasi macan tutul di kawasan Gunung Ciremai, akhirnya macan tutul betina, dilepasliarkan. Karena berdasarkan analisa hasil tangkapan kamera trap yang dipasang sejak tahun 2012, populasi key species tersebut hanya satu ekor dan diduga telah mati.
Sedangkan sebelumnya, untuk menyambut macan tutul betina bernama Rasi, pihaknya telah melakukan beberapa langkah dan tahapan. Yakni, pada November 2021, menggelar diskusi dengan pihak LPPN Universitas Kuningan, Peduli Karnivora Jawa dan Sintas Indonesia. Dilanjut, tanggal 7 Desember melakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah dan warga yang berbatasan dengan Blok Bintangot.
Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem, Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Ammy Nurwati menyebutkan, dengan dilepasliarkan macan tutul betina untuk menjadi pasangan macan tutul jantan Slamet Ramadhan, diharapkan bisa berkembangbiak sehingga populasinya bertambah.
Bupati Kuningan, H. Acep Purnama mengemukakan, dengan menjaga satwa, maka ekosistemnya pun akan terjaga pula. Sehingga dirinya berharap agar TNGC sebagai kawasan hutan konservasi yang telah memberikan manfaat langsung berupa air dan udara yang segar, tetap dijaga sebaik mungkin. (Yan/KC)

Editor: Alif Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x