Jika ada pihak mengatasnamakan PRMN yang memeras, menipu dan melanggar kode etik, sampaikan pengaduan pada kami.

Indonesia tanpa Gelar di All England 2015

- 8 Maret 2015, 15:45 WIB
TONTOWI Ahmad/Liliyana Natsir yang  gagal mempertahankan gelar  di ajang Yonex All England Super Series Premier 2015. Pada partai final yang berlangsung di Barclaycard Arena, Birmingham, Minggu (8/3/2015), dikalahkan  Zhang Nan/Zhao Yunlei, 10-21, 10-21.*
TONTOWI Ahmad/Liliyana Natsir yang gagal mempertahankan gelar di ajang Yonex All England Super Series Premier 2015. Pada partai final yang berlangsung di Barclaycard Arena, Birmingham, Minggu (8/3/2015), dikalahkan Zhang Nan/Zhao Yunlei, 10-21, 10-21.*

BIRMINGHAM, (PRLM).- Gelar All England akhirnya melayang dari tangan Indonesia setelah satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa di ajang Yonex All England Super Series Premier 2015, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal mempertahankan gelar. Pada partai final yang berlangsung di Barclaycard Arena, Birmingham, Minggu (8/3/2015), mereka bermain anti klimaks. Bertanding melawan unggulan pertama yang notabene juga merupakan musuh bebuyutan, Zhang Nan/Zhao Yunlei, Tontowi/Liliyana menyerah dengan hasil yang mengejutkan 10-21, 10-21. Mereka pun harus puas sebagai runner-up untuk tahun ini. Melihat dari raihan poin, pertandingan tadi mengejutkan. Karena, pasalnya, sejak pertemuan mereka pertama kali di 2010 lalu hingga duel ke-12 ini, tidak pernah sekalipun Tontowi/Liliyana ataupun sebaliknya mencatatkan poin mudah seperti partai final kali ini. Mereka seringkali rubber game atau sekalipun berakhir straight game tapi dengan angka ketat. Melihat hal tersebut, maka Pelatih ganda campuran PBSI, Richard Mainaky ketika dihubungi wartawan menuturkan, jika tidak ada pengaruh antara performa Tontowi/Liliyana dengan lamanya mereka tidak bertanding paska cedera yang dialami Tontowi selepas Kejuaraan Dunia tahun lalu. Namun, yang pasti, menurutnya, ada pola yang berubah dari pasangan Tiongkok tersebut. "Kali ini mereka banyak bermain panjang ke belakang dan yang cowok (Nan -Red.) lebih sering maju ke depan. Di game kedua, mereka hampor bertemu pada kedudukan 6-7, tapi Tontowi/Liliyana sering membuat kesalahan sendiri, yang justru membuat lawan seperti mendapatkan angin lagi untuk menambah poin," ungkapnya. Kondisi itu, menurut Richard, akan menjadi pekerjaan rumah bagi dirinya dan Tontowi/Liliyana untuk memperbaiki performa mereka. Mengingat, sebenarnya target utama mereka adalah mendapatkan poin dan lolos kualifikasi menuju Olimpiade Rio 2016 mendatang. Babak kualifikasi Olimpiade sendiri akan dimulai pada Mei mendatang. Sementara itu, bagi Tontowi/Liliyana sendiri kekalahan mudah mereka diakui menjadi pelajaran penting. Pasalnya, Liliyana menilai jika peak perfoma mereka sebenarnya justru terjadi di babak semifinal kemarin ketika berhadapan dengan pasangan Denmark, Joachim Fishcer Nielsen/Christinna Pedersen. "Peak performa kami sepertinya kemarin. Hari ini (kemarin -Red.) selain lawan lebih siap, kami juga banyak terbawa permainan mereka. Hingga banyak tertekan dan melakukan kesalahan sendiri. Ini jadi bahan evaluasi bagi kami kedepannya," ucapnya. Mengomentari permainannya, Tontowi menambahkan jika sejak di game pertama lawan memang langsung bermain menekan. Namun kesalahan mereka justru tidak mau keluar dari tekanan, dan justru masuk kedalam permainan lawan. "Kami jadi main terburu-buru, padahal seharusnya tenang saja. Karena tekanan secara mental harusnya pasti ada di mereka. Tapi sebaliknya. Permainan saya tidak keluar, banyak error sendiri," kata Liliyana. Hasil ini pun menjadi yang pertama kalinya bagi pasangan Tiongkok tersebut bisa menaklukan Tontowi/Liliyana di ajang All England ini. Pada tiga pertemuan sebelumnya di partai final All England Open Zhang/Zhao selalu takluk, hingga Tontowi/Liliyana pun sukses cetak hattrick secara berturut-turut pada 2012, 2013 dan 2014. (Wina Setyawatie/A-108)***

Editor: Administrator


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

Pikiran Rakyat Media Network

x