Jika ada pihak mengatasnamakan PRMN yang memeras, menipu, dan melanggar kode etik, sampaikan pengaduan pada kami.

Pasar Lelang Agro Gelar Lelang Beras, Kopi, dan Teh

- 14 April 2015, 08:07 WIB
SEORANG petugas memandu lelang komoditas pertanian di Pasar Lelang Agro Jawa Barat, Jln. Sampurna Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Pascarevitalisasi, lelang perdana dengan dana swadaya akan mulai digelar pada 23 April 2015 mendatang.*
SEORANG petugas memandu lelang komoditas pertanian di Pasar Lelang Agro Jawa Barat, Jln. Sampurna Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Pascarevitalisasi, lelang perdana dengan dana swadaya akan mulai digelar pada 23 April 2015 mendatang.*

BANDUNG, (PRLM).- Pasar Lelang Agro Jawa Barat akan menggelar lelang perdana pascarevitalisasi pada 23 April 2015. Rencananya, lelang itu akan diikuti oleh sekitar seratus peserta dengan komoditas utama yang diperjual-belikan berupa beras, kopi dan teh. Ketua Koperasi Pasar Lelang Jawa Barat Ronnie S. Natawidjaja mengatakan, pihaknya juga mengundang sejumlah instansi dan pengamat untuk sekaligus menyosialisasikan aktivitas dan pengelolaan pasar lelang yang kini dikelola secara profesional oleh koperasi. "Undangan sudah disebar sejak 13 April lalu," katanya saat dihubungi Selasa, (14/5/2015). Selain tiga komoditas utama yang telah disebutkan, kata Ronnie, pihaknya juga membuka kesempatan bagi produsen yang memiliki komoditas lain untuk ikut serta dalam lelang. Hal itu dilakukan sebagai uji pasar terhadap semua komoditas pertanian lain yang berpotensi dilelangkan. Lelang perdana yang masih cenderung uji pasar itu, membuat Koperasi Pasar Lelang Agro Jawa Barat belum berani menetapkan target yang solid. "Namun kami berharap di awal lelang swadaya penuh ini, nilai transaksi bisa mencapai Rp 1 miliar," ucap Ronnie. Ronnie menambahkan, sejak direvitalisasi 2014 lalu, penyelenggaraan lelang memang tak lagi didanai oleh pemerintah. Pendanaan sepenuhnya ditanggung koperasi yang mendapatkan penghasilan dari fee transaksi dalam setiap lelang yang digelar. Menurut Ronnie, setiap peserta sekarang dimintai partisipasi sebesar 0,075 persen dari total transaksi untuk komoditas beras dan sayuran dan 0,1 persen untuk komoditas lain. Fee tersebut akan masuk ke koperasi, premi asuransi dan penjaminan. Secara keseluruhan, kata Ronnie, pihaknya juga hanya menargetkan transaksi Rp 80-100 miliar per tahun atau Rp 6-8 miliar per bulan. Target itu sedikit lebih rendah dari target rata-rata transaksi bulanan dan tahunan dalam gelaran lelang yang didanai pemerintah sebelumnya. Meskipun demikian, Ronnie optimistis capaian target tersebut bisa mencapai 90-95 persen. "Target pemerintah selama ini belum terukur secara pasti capaiannya. Banyak transaksi yang batal setelah lelang, jadi mungkin di bawah 90 persen," ujarnya. Guna menjamin tak ada transaksi yang batal seelah lelang, Ronnie menegaskan, pihaknya menerapkan sistem penjaminan melalui kerjasama dengan PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Setiap peserta yang melakukan order saat lelang, harus menyimpan jaminan 10 persen dari nilai total transaksi mereka. Meskipun harus merangkak di tahun pertama, Ronnie yakin di tahun-tahun berikutnya volume transaksi Pasar Lelang Agro Jawa Barat bisa terus meningkat. "Yang penting kita tanamkan dulu fondasi sistem dan kepercayaan yang baik," katanya. Dari sisi tujuan, keberadaan pasar lelang diakui Ronnie lebih diutamakan untuk memangkas jalur distribusi komoditas. Dengan begitu, kestabilan harga bisa terjaga dan permainan oknum tengkulak ditekan. Selama ini, Ronnie mengakui peran tersebut belum bisa dijalanlan optimal oleh pasar lelang. "Penyebabnya adalah transaksi lelang yang masih belum rutin, karena anggaran pemerintah terbatas. Selama ini Pasar Lelang Agro Jawa Barat hanya menggelar sekitar sepuluh kali transaksi dalam setahun. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofwan Arif juga pernah mengatakan hal senada beberapa waktu lalu. Ia mengakui bahwa pihaknya selama ini terbentur keterbatasan anggaran dalam menggelar transaksi di pasar lelang. Di sisi lain fokus dinas juga terbagi antara penyelenggaraan lelang dengan sosialisasi ke pelaku usaha agro terutama petani di daerah. Menurut Ferry, kondisi itu membuat keberadaan Pasar Lelang Agro Jawa Barat yang berdiri sejak 2002, masih belum banyak diketahui oleh petani dan kelompok tani sebagai pemasok komoditas. Akibatnya, mereka seringkali sulit mengelak dari tekanan tengkulak yang datang langsung untuk membeli hasil panen mereka dengan harga murah. Dengan adanya koperasi sebagai penyelenggara pasar lelang, kata Ferry, pihaknya bisa lebih fokus pada sosialisasi dan simulasi pasar lelang di daerah. Dengan begitu akan semakin banyak kelompok tani yang mengetahui keberadaan dan manfaat pasar lelang dalam menjual hasil panen mereka. Selain itu, Ferry berharap, rutinitas dan meningkatnya frekuensi bisa meningkatkan nilai transaksi di pasar lelang Agro Jawa Barat. "Sejak 2002 sampai 2013 total transaksi sekitar Rp 2,3 triliun. Namun fluktuasinya setiap tahun belum stabil," ucapnya. Dari data Disperindag Jawa Barat, transaksi Pasar Lelang Agro memang sempat meningkat dari Rp 61 miliar pada 2002 sampai puncaknya Rp 687 miliar pada 2004. Namun di tahun berikutnya turun drastis dan terus mengalami fluktuasi. Meskipun dirata-ratakan mencapai Rp 209 miliar per tahun, transaksi di Pasar Lelang Agro Jawa Barat juga pernah turun sampai titik terendah Rp 105 miliar pada 2012. (Handri Handriansyah/A-147)***

Editor: Handri Handriansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

Pikiran Rakyat Media Network

x