Sejarah Hari Kartini 21 April, 1879-2016

- 21 April 2016, 08:43 WIB

JAKARTA,BB - Warga Indonesia memperingati Hari Kartini setiap tanggal 21 April. Tanggal tersebut tak lain adalah hari kelahiran RA Kartini, seorang perempuan yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 2016, situs pencari Google membuat doodle memperingati hari kelahiran atau ulang tahun RA Kartii ke-137. Bentuk apresiasi Google ini membuat netizen hoboh. Tahukah anda bahwa Hari Kartini pertama kali diresmikan sebagai salah satu hari nasional oleh Presiden pertama RI, Soekarno berdasarkan Kepres RI no.108, tanggal 2 Mei 1964. Kartini dikenal sebagai tokoh perempuan yang getol memperjuangkan hak – hak kaum wanita yang kemudian disebut emansipasi wanita. RA. Kartini adalah perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879. Ia merupakan seorang keturunan bangsawan Jawa kalangan atas atau priyayi. Lahir sebagai perempuan muslimah, yang tak lain anak dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar Bahasa Belanda. RA Kartini menikah pada 12 November 1903 dengan Bupati Rembang ke-7 Djojo Adiningrat. Kartini wafat pada usia 25 tahun. Posisi saat RA Kartini meninggal atau menghembuskan nafasnya terakhir yaitu berada di pangkuan suaminya (ini menurut pengakuan para abdi dalem yang ada saat peristiwa itu). Makam RA Kartini terletak di Desa Bulu, 17 km dari kota Rembang, berbentuk pesanggrahan dengan cungkup atap berbentuk joglo, di sanalah RA Kartini bersama suaminya bupati Djojo Adiningrat serta putranya disemayamkan. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. R.A. Kartini tidak suka dipanggil Raden Ayu, dia lebih suka dipanggil “Katini” saja. Hal ini diketahui saat ayahnya pertama kali memberinya gelar Raden Ayu sesaat setelah dia pulang sekolah. Setelah pemberian gelar itu dia terus memikirkan dua kata itu, dia pandang lingkungannya, dan terantuklah mata batinnya pada kenyataan, betapa banyak Raden Ayu di sekelilingnya. Dan diam-diam, Kartini mempelajari, apa Raden Ayu itu sesungguhnya. Dan akhirnya dia tahu, Raden Ayu adalah status yang tak layak dibanggakan, sehingga dia pun tak mau memakai gelar itu. Semasa hidupnya, Kartini sering menulis dan berkirim surat kepada rekan-rekannya di Belanda termasuk Snouck Hurgronje. Tahun 1911, Mr. JH. Abendanon (semacam Kepala Dinas Pendidikan saat itu) menerbitkan kumpulan surat-surat R.A Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi Bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Tahun 1922, terbit terjemahan dalam Bahasa Indonesia dengan judul ”Habis Gelap Terbitlah Terang“: Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka oleh sastrawan Pujangga Baru Armijn Pane. (Wiki/berbagai sumber)

Editor: Jiem


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x